“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa yang diingini, yaitu wanita- wanita, anak- anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang- binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup dunia. Dan di sisi Allah- lah tempat kembali yang baik.” ( Q.S. Ali Imran: 14)
Cinta pada lawan jenis kita adalah fitrah setiap manusia. Perasaaan ini tak adapt dipungkiri, tak dapat ditolak bagaimanapun juga. Cinta yang ini termasuk cinta fithri jiblii.
Tetapi seringkali cinta naluriah kepada lawan jenis menggiring seseorang pada jalan yang diharamkan oleh Allah Azza wa jalla. Cinta tersebut benar- benar mencengkram hati sehingga seseorang sulituntik berkelit dan lepas dari jeratannya. Bila kondisi ini dibiarkan pasti akan berujung pada kesengsaraan bagi pelakunya. Sebelum kesengsaraan itu didapatkan, harus dicegah dan diatasi terlebih dahulu. Apa yang bisa dilakukan agar lepas dari cengkramannya yang menyempitkan hati?
MenikahIni bila memungkinkan dilakukan dari segi ilmu, usia dan kemampuan. Sesuai dengan anjuran Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam , “aku tidak melihat sesuatu lebih baik bagi dua orang yang saling mencintai seperti menikah (Riwayat Ibnu Majah)
RenungkanRenungkan dan bayangkan keputusasaan untuk mendapatkan ia. Baik karena usia yang masih terlalu muda, kemampuan yang minim maupun kemiskinan pengalaman. Selanjutnya berpikir bahwa tertambatnya hati pada sesuatu yang tidak harapan untuk diperoleh merupakan bentuk kegilaan, sama seperti pungguk merindukan bulan.
Ingat Kejelekannya
Sebagaimana kebaikan yang menumbuhkan rasa cinta, demikian pula kejelekan pun dapat menumbuhkan rasa benci. Renungkan secara mendalam, benarkah ia penuh pesona? Pasti seseorang akan mendapatkan bahwa orang dicintainya ternyata mempunyai banyak kekurangan yang tak disenanginya. Misalnya, kita dapatkan ternyata orang yang dicintai memiliki segidang sifat jelek yang tak bisa ditolerir, seperti suka berkata kasar, kurang amanah atau yang lain. Berbagai kekurangan ini akan menyebabkan rasa cinta surut dan berkurang.
Menghentikan semuanya sebelum terjadi bencanaIni tentu sesuai dengan firman Allah, “Dan janganlah kamu mendekati zina.” ( Q.S. Al Isra: 32)
Asmara memiliki beberapa fase yang sangat berkaitan. Maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menundukkan pandangan yang dapat membuahkan pikiran buruk yang mengetuk hati. Bila seorang hamba mampu menolaknya, maka setelah itu ia akan tenang. Bila ia tidak dapat menolaknya, maka pikiran tersebut menguat hingga menjadi godaan sehingga sulit untuk ditolak.
Rasakan keagungan AllahRasakan keagungan Allah shubhanahu wa taala. Dia melihat kita, dan anggota tubuh kita menjadi saksi pemberat bagi kita di hadapan Allah.
“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.” (Q.S. Al Qiyamah: 13)
Maka jangan sampai kita gunakan anggota tubuh kita untuk bermaksiat kepada Allah.
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.” ( Q.S. Fushilat ; 20)